Hallo blogger
akhirnya mimpiku buat ngrasain yang namanya naik gunung terealisasi juga.
Walaupun persiapannya yang sangat mendadak. Gimana enggak, rabu 6 Agustus baru
ada wacana aku kira cuma omdo eh ternyata seriusan hari senin tgl 11 Agustus
kita berangkat. Padahal hari minggu tgl 10 aku masih lomba fashion show dan itu
seharian penuh. Dengan persiapan yang serba dadakan akhirnya senin, 11 Agustus
pukul 22.00 aku dan 6 orang temanku berangkat ke daerah Kopeng, Salatiga.
Perjalanan dari Semarang ke Salatiga hanya butuh ± 1jam. Sesampainya di
Basecamp Manggala, Cuntel udara disana mulai terasa menusuk dinginnya. Dengan
ketinggian 1610 mdpl dan suhu mencapai 17 derajat celcius. Membuat kita semua
menggigil dan susah untuk berisitirahat karena langsung tidur di atas lantai
dengan alas karpet.
Hari selasa, 12
Agustus pukul 06.00 kami bersiap untuk melakukan pendakian. Jalur yang kita
pilih adalah Jalur Cuntel diantara jalur lainnya yaitu jalur Thekelan, Wekas
dan Selo. Awalnya kita ingin lewat jalur Selo karena disana medannya landai dan
pemandangannya terkenal indah dengan bukit teletubbies. Namun niat itu batal
karena di Jalur Selo tidak terdapat sumber mata air. Setelah melakukan doa
bersama kita mulai berjalan menyusuri jalan desa Cuntel. Kebun brokoli,
tembakau dan sayuran lainnya menjadi pemandangan pertama yang menemani langkah
kita. Jalan yang kita tapaki mulai menanjak. Akhirnya sampai juga di Pos
Bayangan 1 dengan ketinggian 1858 mdpl. Setelah beristirahat beberapa menit
kita melanjutkan pendakian. Kita sempat bertanya kepada warga desa yang sedang
mencari kayu di hutan tentang jalur menuju puncak yang benar. Karena banyak
cabang yang kita temui. Sesampainya di Pos Bayangan 2 kita menjumpai shelter
lapang yang cukup luas biasanya digunakan untuk camp para pendaki. Disana juga
terdapat mata air yang digunakan untuk kebutuhan masyarakat desa. Kita
melanjutkan pendakian ke Pos 1 Watu Putut 2145 mdpl. Karena kita semua sudah
kehabisan tenaga dan jarum jam ditangan sudah menunjukkan pukul 08.00 akhirnya
kita memutuskan untuk sarapan pagi. Namun hal yang tak terduga terjadi. Ketika
kita lagi asyik masak mie instan, ada seekor monyet yang ngambil bumbu masak
kita. Spontan kita kaget karena monyet itu cukup besar dan agresif. Suasana
pagi itu menegangkan karena si monyet masih mengintai kita dari atas pohon.
Kita bergegas untuk sarapan dan segera melanjutkan pendakian. Jarak Pos 1 ke
Pos 2 cukup jauh untungnya track yang kita lewati masih landai namun tetap
menanjak. Sekitar pukul 10.15 kita sampai di Pos 2 Kedokan 2300 mdpl. Karena
persediaan air kita menipis kita mulai mencari sumber mata air di pos 2. Kita
semakin panik karena sumber mata air di pos 2 kering. Setelah briefing,
akhirnya kita tetap lanjut pendakian dengan catatan mengurangi minum saat pendakian
sehemat mungkin. Karena sinar matahari yang sangat terik kita beristirahat di
pos 2 cukup lama. Aku tertidur pulas beberapa menit dan itu mengembalikan
tenagaku jadi full lagi.
Kabut dan udara
dingin mulai turun dari atas gunung. Kita bergegas melanjutkan pendakian ke pos
3. Track yang kita lewati mulai terjal dan mulai keluar dari rindangnya hutan.
Jarak Pos 2 ke Pos 3 tidak terlalu jauh. Sekitar pukul 12.30 kita sampai juga
di tanah lapang yang sangat luas dengan ketinggian 2458 mdpl, Pos 3 Kergo Pasar.
Area ini merupakan camp ground bagi para pendaki. Pemandangan disini
menakjubkan karena kumpulan awan putih bersih sangat dekat dengan kita. Kita
semakin semangat karena dari pos 3 ini sudah terlihat puncak pertama Merbabu.
Setelah beberapa menit istirahat dan makan siang dengan telur rebus dan roti
tawar susu. Kita melanjutkan pendakian ke Pos 4 Pemancar atau Puncak pertama.
Medan yang kita lalui mulai menanjak terus tanpa ada jalan landai. Namun ada
surprise dari punggung Merbabu, hamparan pohon Edelweis yang sedang bermekaran
memberi rasa takjub bagi siapa saja yang melihatnya. Biasanya kita cuma lihat
bunga Edelweis kering yang dijual di lereng-lereng gunung. Sekarang kita bisa
selfie langsung sama ribuan Edelweis hahaha. Dan ternyata kita sudah berada di
atas awan. Setelah itu medan yang kita lalui berupa batu-batu besar dan pasir.
Kita mulai menutup wajah kita dan sesekali berhenti. Karena oksigen diatas
mulai berkurang sehingga kita tidak berani untuk memaksakan diri. Pada medan
ini merupakan yang terberat buatku. Karena disini aku dan aryati sampai
merangkak dan hanya berani menatap tanah yang akan aku pijak. Soalnya kalo
natap ke atas rasanya tinggi sekali buat semangatku down.
Sekitar pukul
16.50 WIB Alhamdulillaah kita semua bertujuh sampai pos 4 di ketinggian 2883
mdpl. Setelah tenda berdiri, kita menikmati senja dari atas puncak. Rasanya
subhanallah sungguh besar kuasa Allah.
Setelah hari mulai
gelap kita mulai membuat api unggun. Dan udara di puncak sangat dingin. Satu
hal yang kita takutin adalah hipothermia. Namun pemandangan malam dari Puncak Merbabu memberi kehangatan sendiri.
Rembulan yang begitu super bulatnya menyinari malam kita. Tak mau kalah jutaan
bintang pun ikut meramaikan langit malam itu. Kelap-kelip lampu kota dilereng
Merbabu menambah suasana nyaman dan tenang di hati.
Setelah makan
malam, pukul 20.00 WIB kita bergegas masuk tenda dan langsung masuk ke sleeping
bag masing-masing. Berkali-kali aku kebangun dari tidurku. Diluar tenda mulai
rame pendaki yang berdatangan. Kebanyakan mereka sampai puncak pukul 24.00 WIB
ke atas. Benar saja pagi hari ketika aku keluar tenda sudah rame orang-orang
yang menunggu terbitnya sang fajar. Sekitar pukul 05.30 mulai terlihat warna
orange ke jingga dari ufuk timur. Dan tak lama kemudian yang di nanti akhirnya
muncul juga. Tak lupa kita selfie rame-rame dong buat moment yang jarang-jarang
ini.
Setelah matahari
mulai naik, dengan berat hati kita sepakat untuk tidak melanjutkan pendakian
hingga puncak tertinggi. Dikarenakan minum kita yang menipis, aku yang pada
saat itu sedang dapet hari pertama ngga kebayangkan rasanya mens dipuncak
gunung, dan yang terakhir karena medannya yang terjal melewati jembatan setan
yang udah terkenal ekstrim di kalangan pendaki. Kita sudah cukup puas dan
bersyukur bisa menapaki puncak pertama Gunung Merbabu.
Setelah semua
barang-barang masuk tas dan selesai beres-beres kita bergegas untuk turun
gunung. Medan batu besar dan pasir dengan track yg terjal menjadi rintangan
kita yang pertama. Belom apa-apa aku udah kepleset berulang kali. Namun pada
saat melewati jalan yang terjal ini aku merasa beda dengan jalan yang aku lalui
saat naik kemaren. Benar saja setelah menempuh jarak yang lumayan jauh ternyata
kita salah jalur. Jalur yang medannya berat ini ternyata jalur Thekelan, yang
merupakan jalur tertua pendakian Merbabu. Kita kembali naik ke atas dan mencari
jalan pintas menuju cabang jalur cuntel. Setelah beberapa menit lamanya kita
berhasil juga ke jalur yang sebenarnya. Langkahku untuk menuruni punggung
merbabu begitu ringan namun tetap lambat. Karena persediaan air yang ada
tinggal sedikit kita berusaha menahan lapar hingga Pos bayangan 2, yang katanya
disitu terdapat sumber mata air. Setelah beberapa jam berjalan kita berhenti di
Pos 2. Disana kita bertemu pendaki lain yang sedang turun gunung juga. Salah
satu dari mereka adalah teman Fadlan. Beruntunglah kita karena dapat sebotol
Aqua 1.5 L dari pendaki tersebut. Perjalanan turun kita lanjutkan, berulang
kali aku jatuh kepleset. Di tengah hutan pun kita di hadang beberapa ekor
monyet. Tapi untungnya kita berhasil melewati itu semua dan sampai di Pos
bayangan 2 sekitar pukul 12.00 WIB. Setelah mengisi penuh botol-botol minum
dari mata air, kita segera masak makanan. Siang itu terasa sangat nikmat karena
banyak makanan dan minuman. Dua kaleng sarden besar langsung kita masak. Pop
mie, indomie, energen, susu dan kopi tak lupa kita sajikan. Setelah semua
kenyang dan energi pulih, kita bersemangat kembali menuruni punggung Merbabu.
Akhirnya sekitar pukul 16.00 sampai juga di basecamp Manggala Cunthel.
Kita segera mandi karena hampir 2 hari di puncak Gunung nggak mandi. Jangankan
mau mandi, mau buang air kecil aja susah mlipir di semak-semak hehehe. Banyak
hal yang aku dapetin setelah pendakian ini. Jadi lebih ngerti arti sebuah
kehidupan. Tak lupa banyak bersyukur atas semua ciptaanNya yang sangat agung
dibandingkan kita yang tak ada apa-apanya. Semoga ini memotivasi kalian untuk
jangan pernah berhenti menggapai mimpi setinggi mungkin. Dan selalu berdoa
kepada Allah tak lupa bersyukur juga ya atas semua nikmat yang telah diberikan.