Senin, 03 Agustus 2015

Semarangan Tenan

Gaya Pengantin Semarangan memiliki makna filosofi yang berharga bagi kehidupan. Gaya pengantin tersebut mendapat pengaruh dari unsur Arab, China, Melayu, dan Jawa.


Gaya dandanan calon pengantin wanita disebut “ Model Encik Semarangan “ , yaitu istilah yang berasal dari perpaduan antara Cina dan Arab. Adapun kelengkapan pengantin wanita adalah, memakai alas kaki selop tertutup hitam bludru bersulam mote dengan mengenakan kaos kaki, kaki songket, kebaya bludru hitam bersulam mote model Kraag Shanghai memakai sarung tangan.
Perhiasan yang dipakai : Cincin, Gelang, Kalung Krekang, Subang dan dibagian Kraag-Shanghai memakai kancing yang terbuat dari Emas, dan lengan pakai Klad-Bahu. Untuk pengantin “ Semarangan”, di bagian dahi dihiasi dengan beberapa perhiasan yang namanya “ pilis” yaitu : Pilis emas dengan permata, Pilis hitam yang terbuat dari Bludru dengan payet dan Pilis perak.
Yang atas sendiri “ Kroon “ sehingga kelihatan bedanya dengan pengantin yang lain. Pada bagian kanan kiri atas telinga memakai Sumping dari Emas Permata.

Salah satu ciri dandanan adalah penggunaan sorban oleh pengantin laki-laki serta lima cundhuk mentul oleh pengantin perempuan. ”Itu dari pengaruh Arab. Cundhuk mentul yang berjumlah lima menyimbolkan shalat lima waktu. Dalam tata rias pengantin khas Semarangan memiliki nilai filosofi yang mencerminkan kemajemukan budaya yang membentuk warga Semarang. Dua unsur yang mencirikan khas tersebut yakni pilis dan endog remek, di mana menonjolkan dua unsur budaya Arab dan Tiongkok.

Untuk sanggulnya biasa memakai sisir kecil. Kembang konde diambil dari Daun Pandan, Sisir besar,Cunduk-Mentul sebanyak kurang lebih 24 buah.

Sementara endog remek merupakan aksesori berupa gulungan memanjang bunga melati dan cempaka kuning yang terletak di sisi telinga atau mata kanan dan kiri wanita.






Kamis, 22 Januari 2015

Hallo Merbabu #Part 2



Makan siang terakhir di gunung waktunya habisin semua makanan yang ada

Proses pengambilan mata air



Masih lanjut tentang Merbabu ya, kali ini aku memposting beberapa foto buat gambaran kalian yang  berencana mendaki merbabu. Yups ini nih dokumentasinya. 

Foto ini diambil seebelum kita berangkat mendaki. Pukul 05.00 WIB dari Base Camp Manggala Cuntel.

Nih perlengkapan kita selama hidup diatas gunung. Cariernya serasa kulkas bray.

Buat kalian yang baru pertama naik merbabu wajib perhatiin jalur peta mendaki ini ya
Jarak dan durasi pendakian Merbabu via Cuntel, tapi buat waktu tempuh tergantung individual masing-masing. Biasanya untuk pemula waktu tempuh di kali 2x dari waktu tempuh umumnya.

 Yeay sampai juga di Pos I Cunthel.

Saatnya sarapan di Pos 1. Tapi istirahat kita ngga tenang karena banyak monyet nakal di Pos ini.

Ini nih peralatan masak memasak kita. lebih aman katanya tapi lama sih matengnya.
Ini monyet yang ngambil bumbu indomie kita. Kalian harus waspada kalo sampai pos ini ya
Ini namanya mardito. yeay POS II cuy

Di Pos II ini masih banyak pohon-pohon tinggi jad adem di tengah teriknya matahari. Tidur siang dulu sista


Rasanya pengen loncat liat kumpulan awan di bawah kita.
POS III biasanya digunakan untuk mendirikan tenda karena disini terdapat tanah lapang yang luas. Sudah tidak terdapat pohon - pohon tinggi





























Rabu, 21 Januari 2015

Hallo Merbabu #Part 1

Hallo blogger akhirnya mimpiku buat ngrasain yang namanya naik gunung terealisasi juga. Walaupun persiapannya yang sangat mendadak. Gimana enggak, rabu 6 Agustus baru ada wacana aku kira cuma omdo eh ternyata seriusan hari senin tgl 11 Agustus kita berangkat. Padahal hari minggu tgl 10 aku masih lomba fashion show dan itu seharian penuh. Dengan persiapan yang serba dadakan akhirnya senin, 11 Agustus pukul 22.00 aku dan 6 orang temanku berangkat ke daerah Kopeng, Salatiga. Perjalanan dari Semarang ke Salatiga hanya butuh ± 1jam. Sesampainya di Basecamp Manggala, Cuntel udara disana mulai terasa menusuk dinginnya. Dengan ketinggian 1610 mdpl dan suhu mencapai 17 derajat celcius. Membuat kita semua menggigil dan susah untuk berisitirahat karena langsung tidur di atas lantai dengan alas karpet.
Hari selasa, 12 Agustus pukul 06.00 kami bersiap untuk melakukan pendakian. Jalur yang kita pilih adalah Jalur Cuntel diantara jalur lainnya yaitu jalur Thekelan, Wekas dan Selo. Awalnya kita ingin lewat jalur Selo karena disana medannya landai dan pemandangannya terkenal indah dengan bukit teletubbies. Namun niat itu batal karena di Jalur Selo tidak terdapat sumber mata air. Setelah melakukan doa bersama kita mulai berjalan menyusuri jalan desa Cuntel. Kebun brokoli, tembakau dan sayuran lainnya menjadi pemandangan pertama yang menemani langkah kita. Jalan yang kita tapaki mulai menanjak. Akhirnya sampai juga di Pos Bayangan 1 dengan ketinggian 1858 mdpl. Setelah beristirahat beberapa menit kita melanjutkan pendakian. Kita sempat bertanya kepada warga desa yang sedang mencari kayu di hutan tentang jalur menuju puncak yang benar. Karena banyak cabang yang kita temui. Sesampainya di Pos Bayangan 2 kita menjumpai shelter lapang yang cukup luas biasanya digunakan untuk camp para pendaki. Disana juga terdapat mata air yang digunakan untuk kebutuhan masyarakat desa. Kita melanjutkan pendakian ke Pos 1 Watu Putut 2145 mdpl. Karena kita semua sudah kehabisan tenaga dan jarum jam ditangan sudah menunjukkan pukul 08.00 akhirnya kita memutuskan untuk sarapan pagi. Namun hal yang tak terduga terjadi. Ketika kita lagi asyik masak mie instan, ada seekor monyet yang ngambil bumbu masak kita. Spontan kita kaget karena monyet itu cukup besar dan agresif. Suasana pagi itu menegangkan karena si monyet masih mengintai kita dari atas pohon. Kita bergegas untuk sarapan dan segera melanjutkan pendakian. Jarak Pos 1 ke Pos 2 cukup jauh untungnya track yang kita lewati masih landai namun tetap menanjak. Sekitar pukul 10.15 kita sampai di Pos 2 Kedokan 2300 mdpl. Karena persediaan air kita menipis kita mulai mencari sumber mata air di pos 2. Kita semakin panik karena sumber mata air di pos 2 kering. Setelah briefing, akhirnya kita tetap lanjut pendakian dengan catatan mengurangi minum saat pendakian sehemat mungkin. Karena sinar matahari yang sangat terik kita beristirahat di pos 2 cukup lama. Aku tertidur pulas beberapa menit dan itu mengembalikan tenagaku jadi full lagi.
Kabut dan udara dingin mulai turun dari atas gunung. Kita bergegas melanjutkan pendakian ke pos 3. Track yang kita lewati mulai terjal dan mulai keluar dari rindangnya hutan. Jarak Pos 2 ke Pos 3 tidak terlalu jauh. Sekitar pukul 12.30 kita sampai juga di tanah lapang yang sangat luas dengan ketinggian 2458 mdpl, Pos 3 Kergo Pasar. Area ini merupakan camp ground bagi para pendaki. Pemandangan disini menakjubkan karena kumpulan awan putih bersih sangat dekat dengan kita. Kita semakin semangat karena dari pos 3 ini sudah terlihat puncak pertama Merbabu. Setelah beberapa menit istirahat dan makan siang dengan telur rebus dan roti tawar susu. Kita melanjutkan pendakian ke Pos 4 Pemancar atau Puncak pertama. Medan yang kita lalui mulai menanjak terus tanpa ada jalan landai. Namun ada surprise dari punggung Merbabu, hamparan pohon Edelweis yang sedang bermekaran memberi rasa takjub bagi siapa saja yang melihatnya. Biasanya kita cuma lihat bunga Edelweis kering yang dijual di lereng-lereng gunung. Sekarang kita bisa selfie langsung sama ribuan Edelweis hahaha. Dan ternyata kita sudah berada di atas awan. Setelah itu medan yang kita lalui berupa batu-batu besar dan pasir. Kita mulai menutup wajah kita dan sesekali berhenti. Karena oksigen diatas mulai berkurang sehingga kita tidak berani untuk memaksakan diri. Pada medan ini merupakan yang terberat buatku. Karena disini aku dan aryati sampai merangkak dan hanya berani menatap tanah yang akan aku pijak. Soalnya kalo natap ke atas rasanya tinggi sekali buat semangatku down.
Sekitar pukul 16.50 WIB Alhamdulillaah kita semua bertujuh sampai pos 4 di ketinggian 2883 mdpl. Setelah tenda berdiri, kita menikmati senja dari atas puncak. Rasanya subhanallah sungguh besar kuasa Allah.
Setelah hari mulai gelap kita mulai membuat api unggun. Dan udara di puncak sangat dingin. Satu hal yang kita takutin adalah hipothermia. Namun pemandangan malam dari  Puncak Merbabu memberi kehangatan sendiri. Rembulan yang begitu super bulatnya menyinari malam kita. Tak mau kalah jutaan bintang pun ikut meramaikan langit malam itu. Kelap-kelip lampu kota dilereng Merbabu menambah suasana nyaman dan tenang di hati.
Setelah makan malam, pukul 20.00 WIB kita bergegas masuk tenda dan langsung masuk ke sleeping bag masing-masing. Berkali-kali aku kebangun dari tidurku. Diluar tenda mulai rame pendaki yang berdatangan. Kebanyakan mereka sampai puncak pukul 24.00 WIB ke atas. Benar saja pagi hari ketika aku keluar tenda sudah rame orang-orang yang menunggu terbitnya sang fajar. Sekitar pukul 05.30 mulai terlihat warna orange ke jingga dari ufuk timur. Dan tak lama kemudian yang di nanti akhirnya muncul juga. Tak lupa kita selfie rame-rame dong buat moment yang jarang-jarang ini.
Setelah matahari mulai naik, dengan berat hati kita sepakat untuk tidak melanjutkan pendakian hingga puncak tertinggi. Dikarenakan minum kita yang menipis, aku yang pada saat itu sedang dapet hari pertama ngga kebayangkan rasanya mens dipuncak gunung, dan yang terakhir karena medannya yang terjal melewati jembatan setan yang udah terkenal ekstrim di kalangan pendaki. Kita sudah cukup puas dan bersyukur bisa menapaki puncak pertama Gunung Merbabu.
Setelah semua barang-barang masuk tas dan selesai beres-beres kita bergegas untuk turun gunung. Medan batu besar dan pasir dengan track yg terjal menjadi rintangan kita yang pertama. Belom apa-apa aku udah kepleset berulang kali. Namun pada saat melewati jalan yang terjal ini aku merasa beda dengan jalan yang aku lalui saat naik kemaren. Benar saja setelah menempuh jarak yang lumayan jauh ternyata kita salah jalur. Jalur yang medannya berat ini ternyata jalur Thekelan, yang merupakan jalur tertua pendakian Merbabu. Kita kembali naik ke atas dan mencari jalan pintas menuju cabang jalur cuntel. Setelah beberapa menit lamanya kita berhasil juga ke jalur yang sebenarnya. Langkahku untuk menuruni punggung merbabu begitu ringan namun tetap lambat. Karena persediaan air yang ada tinggal sedikit kita berusaha menahan lapar hingga Pos bayangan 2, yang katanya disitu terdapat sumber mata air. Setelah beberapa jam berjalan kita berhenti di Pos 2. Disana kita bertemu pendaki lain yang sedang turun gunung juga. Salah satu dari mereka adalah teman Fadlan. Beruntunglah kita karena dapat sebotol Aqua 1.5 L dari pendaki tersebut. Perjalanan turun kita lanjutkan, berulang kali aku jatuh kepleset. Di tengah hutan pun kita di hadang beberapa ekor monyet. Tapi untungnya kita berhasil melewati itu semua dan sampai di Pos bayangan 2 sekitar pukul 12.00 WIB. Setelah mengisi penuh botol-botol minum dari mata air, kita segera masak makanan. Siang itu terasa sangat nikmat karena banyak makanan dan minuman. Dua kaleng sarden besar langsung kita masak. Pop mie, indomie, energen, susu dan kopi tak lupa kita sajikan. Setelah semua kenyang dan energi pulih, kita bersemangat kembali menuruni punggung Merbabu.
Akhirnya sekitar pukul 16.00 sampai juga di basecamp Manggala Cunthel. Kita segera mandi karena hampir 2 hari di puncak Gunung nggak mandi. Jangankan mau mandi, mau buang air kecil aja susah mlipir di semak-semak hehehe. Banyak hal yang aku dapetin setelah pendakian ini. Jadi lebih ngerti arti sebuah kehidupan. Tak lupa banyak bersyukur atas semua ciptaanNya yang sangat agung dibandingkan kita yang tak ada apa-apanya. Semoga ini memotivasi kalian untuk jangan pernah berhenti menggapai mimpi setinggi mungkin. Dan selalu berdoa kepada Allah tak lupa bersyukur juga ya atas semua nikmat yang telah diberikan.

DEQIKO Cafe & Buku, Kongkow seruw tambah ilmuw

Selamaat pageeeh, gimana uasnya ? Udaah kelar kan pasti tinggal nunggu yudisium aja nih sekarang. Yups kali ini aku mau review salah satu cafe yang lagi happening di kota Semarang. Cafe Buku Deqiko yang terletak di Jalan Tusam Timur Raya No 24 Banyumanik, Semarang. Buka dari jam 11.00 - 22.00 WIB. Cafe ini unik kenapa karena desain arsitekturnya menyerupai sarang lebah. Cafe yang terdiri dari 3 lantai ini memberi suasana nyaman dan fresh bagi pengunjungnya. 

Di lantai 1 terdapat kafe dengan iringan organ. Terbagi menjadi 3 ruang dengan desain yang berbeda, ada ruang tertutup dengan desain warna putih full ac; selanjutnya ruangan dengan desain lampion-lampion diatasnya yg menambah suasana romantis dinner kalian; dan tak ketinggalan ruangan outdoor dengan suasana sejuk karena terdapat kolam dan kebun dengan meja payung diatasnya.

Kemudian naik ke lantai 2 terdapat ruang perpustakaan yang di desain apik terdapat meja kursi serta karpet dengan banyak novel, komik dan majalah yang tertata pada rak-rak yang rapi dan semuanya dapat di baca pengunjung. Gak sekedar baca-baca aja kalian juga bisa ngerjain tugas disini sambil pesen makan dan minum yang tersedia di lantai 1. Untuk sekedar membaca dikenakan harga Rp 1000/jam. Dan untuk meminjam buku dikenakan harga Rp 10.000 untuk membuat member dan dikenai biaya perawatan Rp 2500 - Rp 3000 per harinya.

Untuk lantai 3 terdapat ruang terbuka dengan banyak kursi namun sayangnya pas kesana lantai 3 masih dalam proses jadi belum dibuka.
Dan yang paling kalian tunggu-tunggu pasti harga dan apa aja sih menunya. Yap desain cafe dengan sasaran mahasiswa ini harga menu makan dan minumnya pas banget buat kantong mahasiswa. Kisaran harganya dari mulai Rp 10.000 - Rp 30.000. Berikut ini daftar menu makanan & minuman di Deqiko


Dan ini beberapa makanan yang kita pesan 
Nasi Ayam Manis
Banana Smoothies *Recommended
Nasi Goreng Bali
Nasi Ayam Lada Hitam
Chicken Gordon Bleau
Spaghetti Aglio Olio
Burger
Teh Tarik
Teh Leccy
Milkshake Durian

Suasana di cafe Deqiko







Gimana ? Seru kan tempatnya kalian harus coba dan jangan lupa gruvie ya. Happy holiday and having fun guys :))))))))